1. Pada posisi A
Benda masih dalam keadaan diam (sebelum jatuh), sehingga kecepatannya = 0.
Besarnya energi mekanik pada titik A adalah:
EM (A) = Ek (A) + Ep (A)
karena di A benda diam maka V(A) = 0, Shg Ek(A)=0 maka:
EM(A) =(½xmxV(A)²)+(mxgxh(A))
EM(A) = 0 + (m x g x h(A)
EM(A) = m x g x h(A)
Jadi, energi mekanik di A = energi potensial gravitasinya
2. Pada posisi B
Benda sedang bergerak (punya kecepatan) dan masih berada pada ketinggian tertentu.
Sehingga pada posisi B benda punya Ek dan Ep lengkap dan dinyatakan sebagai:
EM(B)= Ek (B) + Ep (B)
EM(B)={½ x m x V(B)²}+{m x g x h(B)}
Jadi, energi mekanik di B sempurna, ada Ek dan Ep
3. Pada posisi C
Posisi C adalah keadaan dimana benda dalam keadaan “tepat pada saat” menyentuh tanah. Sehingga pada posisi ini kecepatan benda maksimum namun ketinggiannya adalah =0.
EM (C) = Ek (C) + Ep (C),
karena di C benda sudah menyentuh tanah maka h(C)= 0 sehingga Ep(C)=0
EM(C) = {½ x m x V(C)²}+{m x g x h(C)}
EM(C) = {½ x m x V(C)²}+0
Dan Energi mekanik benda di C adalah:
EM(C) = ½ x m x V(C)²
Jadi, energi mekanik di C = energi Kinetiknya